Minggu, 08 April 2012

Ayatullah Syahid Murtadha Muthahari


”Pena ulama lebih mulia dari pada syahid”, maka Ayatullah Murtadha Muthahari memiliki dan mendapatkan keduanya. Dari penanya telah menuliskan berbagai buku pegangan yang telah memberikan hidayah kepada ratusan ribu bahkan jutaan orang dan juga telah membimbing sekian banyak pejuang untuk mendapatkan maqam syahid. Kehidupannya telah menjadi bentukan nilai qurani sehingga keberadaannya merupakan ancaman bagi musuh sehingga mereka berkesimpulan bahwa Muthahari harus ditiadakan, dengan harapan setelah kematiannya tidak akan ada lagi ilmuwan dan pakar yang dapat menggerakkan masa, tapi ternyata Muthahari telah menciptakan ratusan dan ribuan Muthahari lain sehingga perjuangannya masih terus berjalan dan akan terus berjalan.

Logika syahid adalah habis dan hilang adalah salah, dari Muthahari semua memahami bahwa kesyahidan akan berjalan terus ke depan menuju kepada titik harapan. Kehidupan yang ditunjukkan dalam Quran dijelaskan oleh Muthahari sebagai keberlangsungan pergerakan Islam yang membawa kehidupan manusia keseluruhan. Syahid bukan hanya dirinya hidup dalam kenangan, dan perjuangannya berterusan membina masyarakat tapi syahid akan terus menghidupkan perjuangan dan pengikut perjuangan, untuk itu bagi Muthahari bahwa kesyahidan adalah satu bentuk dari keberhasilan.
Muthahari lahir di Fariman, Provinsi Khurasan tahun 1298 HS. Setelah menyelesaikan ilmu dasar di madrasah Faidhiyah, Qom beliau belajar ilmu-ilmu Islami pada beberapa ulama seperti: Ayatullah Shoduqi, Mar'asyi Najafi, Sayyid Mohammad Taqi Khunsari, Sayyid Ahmad Khunsari, Sayyid Mohammad Hujjat, Sayyid Shadruddin Shadr, Sayyid Mohammad Ridha Gulpaigani, Sayyid Mohammad Muhaqqiq Yazdi (dikenal sebagai Damad) dan lain-lain. Begitu juga Ustadh beliau dalam ilmu falsafah: Imam Khomeini qs, Allamah Sayyid Mohammad Husein Tabatabai. Setelah menyelesaikan pelajarannya beliau memulai mengajar pengetahuan Islam di hauzah ilmiyah dan sekolah agama.
Setelah perkawinannya dengan putri Ayatullah Ruhani beliau memulai mengajar berbagai bidang ilmu Islam di Madrasah Marwi, Teheran dan juga mengajar di universitas Teheran pada tingkat sarjana muda, sarjana dan pasca sarjana di bidang filsafat.
Pada waktu yang sama beliau mulai menulis buku buku yang kemudian dikenal umum seperti:
Pengenalan Pandangan Dunia Islam, Keadilan Ilahi, Tauhid, Nubuwah, Ta'lim dan tarbiyah dalam Islam, Falsafah Akhlaq, Masalah Hijab dan lain-lain (dari filsafat, kalam hingga pengetahuan Islam dan irfan.....)
Karena khutbahnya yang menentang pemerintahan rezim Pahlevi diapun harus menderita intimidasi dan siksaan hingga akhirnya setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada malam Rabu, tanggal 12 Ordibehest 1358 HS tepat jam 22.20 beliau syahid ditangan (ditembak) seorang pemuda dari kelompok politik munafik yang bernama Furqan.
Ungkapan dari Syahid Muthahari:
Perjuangan bangsa Iran,Revolusi bangsa Iran bukan hanya satu revolusi menentang kedholiman dan penindasan,hanya melawan penjajahan politik dan tidak.Revolusi Idiologi yang ditujukan melawan idiologi penjajah barat yang berselubung kata kata menyesatkan :kebebasan, demokrasi, sosialism, modern, pembaruan, kemajuan masyarakat dan sebagainya...
Kedatangan Islam dengan membentuk pemerintahan memiliki pesan: perbaikan dunia
Akhlaq dan keadilan tampa iman seperti mencetak uang dengan tidak ada harganya.
Islam menjadikan akherat dalam rumusan dunia dan dunia dalam rumusan akherat.
Kita harus menunjukkan bahwa pandangan-dunia Islam tidak sesuai dengan pandangan-dunai barat dan pandangan-dunia timur,tidak terikat dan perlu pada keduanya.
Penyakit yang menjangkiti dunia modern adalah mencari ilmu minus agama
Islam adalah agama yang bermula dengan tauhid,tauhid adalah masalah rational yang tidak dibenarkan taqlid padanya.
Dasar Islam adalah menjadikan ruang kehidupan dan kerja kepada ruang amal dan ibadah. bekerja untuk manusia merupakan ibadah dan tidak memiliki pekerjaan merupakan dosa.

Amar yang aktif dan perjuangan yang dinamik serta menjadikan kefasadan dan kejahatan tidak tenang .

Murtadha Muthahari dalam pandangan Imam Khomeini qs:
Hari ini merupakan peringatan hari wafatnya Almarhum Muthahari, maka saya harus menyampaikan satu ungkapan tentang beliau kepada semua. Almarhum Muthahari adalah seorang tapi padanya terkumpul banyak aspek dan hidmatnya pada generasi muda dan pada yang lain. Almarhum telah melakukannya dan sedikit yang melakukannya. Karya yang dibuatnya, tanpa kecuali merupakan karya yang baik. Saya adalah seseorang yang tidak dapat menyatakan bagi orang lain dimana tanpa kecuali karyanya baik. Beliau membangun manusia, hidmat pada negaranya. Dalam gejolak hidmatnya yang besar itulah Allah swt dengan haqnya telah mempertemukannya dengan Rasulullah. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada semua syuhada' kita. (Shahifah Imam, jld 16 hal 242).
Di Iran Islami, hari kesyahidan Ayatullah Murtadha Muthahari dijadikan sebagai hari Mu’allim (guru) dengan harapan bahwa pada hari ini dunia Islam telah memberikan guru baiknya untuk kelanjutan perjuangan kebenaran dengan berlandaskan Islam. Muthahari adalah guru yang baik dimana darinya muncul nilai hikmah yang tidak terhingga dan setelahnya, dengan bantuan hidayah dari hasil karyanya manusia masih menitih menuju kepada perjalanan kesempurnaan yang diajarkannya. Pada sisi lain, setiap murid dapat mengenang perjuangan seorang guru dalam usahanya menegakkan kebenaran Islam di dunia ini, sekalipun harus memberikan jiwanya. Terbuktilah, dari penanya telah mengalir darah kesyahidan yang menghidupkan sekaian banyak murid sehingga perjuangan guru itu terus berjalan membelah waktu dalam menghadapi dengan cahaya Ilmu setiap kegelapan yang di bawa musuh Islam. Perlawanan kebenaran melawan kebatilan akan terus berjalan sebagaimana berjalannya hikmah yang dibawakan guru syahid Muthahari di setiap tetesan darah murid-muridnya. Cahaya ilmu syahid Muthahari akan terus bersinar menerangi kehidupan manusia di dunia ini. Cayaha kehidupan itu akan terus hidup dan tidak akan pernah suram.[IM/R]