Ayatullah Syahid Murtadha Muthahari
”Pena
ulama lebih mulia dari pada syahid”, maka Ayatullah Murtadha Muthahari memiliki
dan mendapatkan keduanya. Dari penanya telah menuliskan berbagai buku pegangan
yang telah memberikan hidayah kepada ratusan ribu bahkan jutaan orang dan juga
telah membimbing sekian banyak pejuang untuk mendapatkan maqam syahid.
Kehidupannya telah menjadi bentukan nilai qurani sehingga keberadaannya
merupakan ancaman bagi musuh sehingga mereka berkesimpulan bahwa Muthahari
harus ditiadakan, dengan harapan setelah kematiannya tidak akan ada lagi
ilmuwan dan pakar yang dapat menggerakkan masa, tapi ternyata Muthahari telah
menciptakan ratusan dan ribuan Muthahari lain sehingga perjuangannya masih
terus berjalan dan akan terus berjalan.
Logika
syahid adalah habis dan hilang adalah salah, dari Muthahari semua memahami
bahwa kesyahidan akan berjalan terus ke depan menuju kepada titik harapan.
Kehidupan yang ditunjukkan dalam Quran dijelaskan oleh Muthahari sebagai
keberlangsungan pergerakan Islam yang membawa kehidupan manusia keseluruhan.
Syahid bukan hanya dirinya hidup dalam kenangan, dan perjuangannya berterusan
membina masyarakat tapi syahid akan terus menghidupkan perjuangan dan pengikut
perjuangan, untuk itu bagi Muthahari bahwa kesyahidan adalah satu bentuk dari
keberhasilan.
Muthahari
lahir di Fariman, Provinsi Khurasan tahun 1298 HS. Setelah menyelesaikan ilmu
dasar di madrasah Faidhiyah, Qom beliau belajar ilmu-ilmu Islami pada beberapa
ulama seperti: Ayatullah Shoduqi, Mar'asyi Najafi, Sayyid Mohammad Taqi
Khunsari, Sayyid Ahmad Khunsari, Sayyid Mohammad Hujjat, Sayyid Shadruddin
Shadr, Sayyid Mohammad Ridha Gulpaigani, Sayyid Mohammad Muhaqqiq Yazdi
(dikenal sebagai Damad) dan lain-lain. Begitu juga Ustadh beliau dalam ilmu
falsafah: Imam Khomeini qs, Allamah Sayyid Mohammad Husein Tabatabai. Setelah menyelesaikan
pelajarannya beliau memulai mengajar pengetahuan Islam di hauzah ilmiyah dan
sekolah agama.
Setelah
perkawinannya dengan putri Ayatullah Ruhani beliau memulai mengajar berbagai
bidang ilmu Islam di Madrasah Marwi, Teheran dan juga mengajar di universitas
Teheran pada tingkat sarjana muda, sarjana dan pasca sarjana di bidang
filsafat.
Pada
waktu yang sama beliau mulai menulis buku buku yang kemudian dikenal umum
seperti:
Pengenalan
Pandangan Dunia Islam, Keadilan Ilahi, Tauhid, Nubuwah, Ta'lim dan tarbiyah
dalam Islam, Falsafah Akhlaq, Masalah Hijab dan lain-lain (dari filsafat, kalam
hingga pengetahuan Islam dan irfan.....)
Karena
khutbahnya yang menentang pemerintahan rezim Pahlevi diapun harus menderita
intimidasi dan siksaan hingga akhirnya setelah kemenangan Revolusi Islam Iran
pada malam Rabu, tanggal 12 Ordibehest 1358 HS tepat jam 22.20 beliau syahid
ditangan (ditembak) seorang pemuda dari kelompok politik munafik yang bernama
Furqan.
Ungkapan
dari Syahid Muthahari:
Perjuangan
bangsa Iran,Revolusi bangsa Iran bukan hanya satu revolusi menentang kedholiman
dan penindasan,hanya melawan penjajahan politik dan tidak.Revolusi Idiologi
yang ditujukan melawan idiologi penjajah barat yang berselubung kata kata
menyesatkan :kebebasan, demokrasi, sosialism, modern, pembaruan, kemajuan
masyarakat dan sebagainya...
Kedatangan
Islam dengan membentuk pemerintahan memiliki pesan: perbaikan dunia
Akhlaq
dan keadilan tampa iman seperti mencetak uang dengan tidak ada harganya.
Islam
menjadikan akherat dalam rumusan dunia dan dunia dalam rumusan akherat.
Kita
harus menunjukkan bahwa pandangan-dunia Islam tidak sesuai dengan
pandangan-dunai barat dan pandangan-dunia timur,tidak terikat dan perlu pada
keduanya.
Penyakit
yang menjangkiti dunia modern adalah mencari ilmu minus agama
Islam
adalah agama yang bermula dengan tauhid,tauhid adalah masalah rational yang
tidak dibenarkan taqlid padanya.
Dasar
Islam adalah menjadikan ruang kehidupan dan kerja kepada ruang amal dan ibadah.
bekerja untuk manusia merupakan ibadah dan tidak memiliki pekerjaan merupakan
dosa.
Amar
yang aktif dan perjuangan yang dinamik serta menjadikan kefasadan dan kejahatan
tidak tenang .
Murtadha
Muthahari dalam pandangan Imam Khomeini qs:
Hari
ini merupakan peringatan hari wafatnya Almarhum Muthahari, maka saya harus
menyampaikan satu ungkapan tentang beliau kepada semua. Almarhum Muthahari
adalah seorang tapi padanya terkumpul banyak aspek dan hidmatnya pada generasi
muda dan pada yang lain. Almarhum telah melakukannya dan sedikit yang
melakukannya. Karya yang dibuatnya, tanpa kecuali merupakan karya yang baik.
Saya adalah seseorang yang tidak dapat menyatakan bagi orang lain dimana tanpa
kecuali karyanya baik. Beliau membangun manusia, hidmat pada negaranya. Dalam
gejolak hidmatnya yang besar itulah Allah swt dengan haqnya telah
mempertemukannya dengan Rasulullah. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada
semua syuhada' kita. (Shahifah Imam, jld 16 hal 242).
Di
Iran Islami, hari kesyahidan Ayatullah Murtadha Muthahari dijadikan sebagai
hari Mu’allim (guru) dengan harapan bahwa pada hari ini dunia Islam telah
memberikan guru baiknya untuk kelanjutan perjuangan kebenaran dengan
berlandaskan Islam. Muthahari adalah guru yang baik dimana darinya muncul nilai
hikmah yang tidak terhingga dan setelahnya, dengan bantuan hidayah dari hasil
karyanya manusia masih menitih menuju kepada perjalanan kesempurnaan yang
diajarkannya. Pada sisi lain, setiap murid dapat mengenang perjuangan seorang
guru dalam usahanya menegakkan kebenaran Islam di dunia ini, sekalipun harus
memberikan jiwanya. Terbuktilah, dari penanya telah mengalir darah kesyahidan
yang menghidupkan sekaian banyak murid sehingga perjuangan guru itu terus
berjalan membelah waktu dalam menghadapi dengan cahaya Ilmu setiap kegelapan
yang di bawa musuh Islam. Perlawanan kebenaran melawan kebatilan akan terus
berjalan sebagaimana berjalannya hikmah yang dibawakan guru syahid Muthahari di
setiap tetesan darah murid-muridnya. Cahaya ilmu syahid Muthahari akan terus
bersinar menerangi kehidupan manusia di dunia ini. Cayaha kehidupan itu akan
terus hidup dan tidak akan pernah suram.[IM/R]