Ayatullah Sayyid Ali Khamenei
"Jika
anda mencari seseorang seperti sayyid Khamenei yang sangat berpegang teguh terhadap
Islam dan memiliki jiwa khidmat yang tinggi, sementara landasan hatinya adalah
untuk berkhidmat bagi bangsa ini, niscaya anda tidak akan dapati orang seperti
dia. Saya sudah bertahun-tahun mengenalnya"
(Cuplikan
ceramah Imam Khomaini r.a. yang dimuat dalam kitabSahifah-e Nur jilid 17 hal
170)
Awal
masa kehidupan beliau
Pemimpin
besar Ayatullah sayyid Ali Al-Khamenei adalah putra kedua dari Hujjatul Islam
wal muslimin sayyid Jawad Al-Husaini Al-Khamenei. Beliau dilahirkan pada
tanggal 28 shafar 1358 (1940 M).
Kehidupan
ayah beliau –seperti kebanyakan yang dijalani oleh para ruhaniawan dan pengajar
ilmu agama- sangat sederhana sekali. Hal tersebut didukung oleh istri dan
anak-anaknya yang juga memiliki jiwa sederhana dan selalu merasa cukup
(qana'ah) yang kerap ia ajarkan kepada mereka.
Mengenang
situasi dan kondisi keluarganya pada masa-masa itu, Sayyid Ali Khamenei
berkata: "Ayah saya seorang ruhani terpandang saat itu. Akan tetapi, beliau
adalah seorang yang zuhud dan suka mengasingkan diri dari berbagai popularitas.
Kehidupan masa itu kami lalui dengan segala kesulitan, sampai saya ingat pada
satu malam di rumah tidak ada sesuatu untuk dijadikan makan malam, hingga ibu
saya berjerih payah untuk menyediakan makan malam buat kami..... Dan pada malam
itu, kami hanya makan roti dan anggur kering saja". (Harian Kaihan
tertanggal 16-5-1364 HS)
Menyinggung
kediaman sang ayah dan keluarga, sayyid Ali berkata: "Di rumah itu saya
dilahirkan dan tinggal bersama mereka sampai berusia empat atau lima tahun.
Luas rumah kami berkisar antara 60 sampai 70 m, terletak di pemukiman miskin di
salah satu sudut kota Masyhad. Rumah itu hanya memiliki satu kamar dan satu
ruang bawah tanah (sirdab) yang gelap dan pengap. Mengingat ayah saya seorang
ulama dan tempat rujukan masyarakat, tamu pun sering berkunjung ke rumah.
Acapkali kedatangan tamu, kami harus pindah untuk sementara ke ruang bawah
tanah itu. Kami tetap di sana sampai tamu pulang. Hingga suatu saat, ayah saya
mampu membeli sepetak tanah kosong di samping rumah dan membangunnya buat kami.
Sejak itulah rumah kami memiliki tiga kamar". (Harian Jumhuri-e Islam
tertanggal 20-5-1364 HS)
Walaupun
Pemimpin Besar Revolusi ini dibesarkan dari keluarga kurang mampu, akan tetapi,
beliau terdidik dengan baik, sehingga memiliki jiwa keruhaniawanan dan sosial
yang tinggi. Semenjak usia empat tahun, beliau beserta kakak beliau, sayyid
Muhammad telah memulai masa pendidikannya. Pada usia tersebut, mereka berdua mulai
mempelajari Al-quran. Lalu, dua bersaudara tersebut masuk pendidikan formal
sekolah dasar (SD) di salah satu sekolah Islam yang baru didirikan yang bernama
Ta'lim-e Diyanat sampai menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama.
Pengalaman
di Hauzah Ilmiah
Sewaktu
masih belajar di Sekolah Menengah Atas (SMU), beliau pun telah memulai
mempelajari kitab "Jami'ul Muqaddimat" beserta nahwu dan sharaf.
Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di Hauzah Ilmiah yang dibimbing
langsung oleh ayah beliau sendiri dan para staf pengajar lain saat itu.
Adapun
alasan kenapa keliau masuk pendidikan di Hauzah Ilmiah dan memilih untuk
menjadi seorang ruhani, beliau berkata: "Penyebab utama kenapa saya
memilih jalan tersebut ialah karena saya tertarik dengan cahaya keruhanian ayah
saya. Dan sementara ibu saya pun merasa senang dan banyak memberi semangat
kepada saya untuk itu". (Khursyid-e Taban-e Inqilab-e Islami hal 4)
Beliau
banyak mempelajari berbagai buku sastra Arab seperti jami'ul muqadimat, suyuti
dan mughni yang dibimbing langsung oleh guru yang aktif mengajar di dua
madrasah "Sulaiman Khan" dan "Nawab", sementara ayah beliau
pun selalu mengikuti perkembangan pendidikan putra-putrinya. Oleh karena itu,
sayyid Ali Khamenei mempelajari kitab Ma'alim, Syara'i Al Islam dan Syarh
Al-Lum'ah di bawah pengawasan langsung ayah beliau dan sempat beberapa saat
dibimbing Mirza Mudarris Yazdi. Sedangkan kitab Rasa'il dan Makasib beliau
pelajari langsung dari Syeikh Hasyim Qazwini. Kitab Fiqih dan Ushul jenjang
pertengahan (sathah) hauzah yang lain beliau pelajari dari ayahanda beliau
sendiri.
Jenjang
pertengahan (sathah) dalam pendidikan hauzah berhasil beliau selesaikan dengan
relatif cepat (kurang lebih lima setengah tahun) dan dengan hasil yang
menakjubkan. Ayah beliau sangat memiliki peran penting dalam keberhasilan
beliau dalam melalui berbagai jenjang pendidikan hauzah yang ada.
Di
bidang ilmu logika dan filsafat, beliau mempelajari kitab Al Manzhumah karya
Sabzawari di bawah bimbingan Al-Marhum Mirza Jawad Agha Tehrani. Sementara
kitab-kitab lainya di bawah bimbingan Al-Marhum Syeikh Ridha Aisi.
Di
Hauzah Najaf Asyraf
Sejak
usia 17 tahun, Ayatullah Khamenei telah memulai pendidikan "bahtsul
kharij" di bidang Fiqih dan Ushul di bawah bimbingan seorang marja' besar
waktu itu, Al-Marhum Ayatullah Al-Uzhma Milani. Dan pada tahun 1958, dengan
maksud untuk menziarahi berbagai tempat suci di Iraq, beliau bertolak menuju
Najaf Asyraf (Iraq). Di sana, beliau mendapat kesempatan untuk mengikuti
berbagai pelajaran "bahtsul kharij" di bawah bimbingan langsung para
mujtahid besar Hauzah Najaf, seperi Al-Marhum Muhsin Al-Hakim, Sayyid Abul
Qosim Al-Khu'i, Sayyid Mahmud Syahrudi, Mirza Baqir Zanjani, Sayyid Yahya Yazdi
dan Mirza Hasan Bujnuwardi.
Setelah
melihat kecocokan situasi belajar-mengajar dan berbagai bentuk penelitian yang
ada, maka beliau pun bermaksud untuk menetap di sana. Akan tetapi, ayah beliau
tidak mengizinkan sehinga beberapa saat setelah bermukim di sana beliaupun
kembali ke Masyhad. (Harian "Ettela'at" tertanggal 17-10-1373 HS).
Di
Hauzah Qom
Ayatullah
Khamenei mempelajari jenjang penddikan tingkat tinggi (Bahtsul Kharij) di
bidang Ushul, Fiqih dn filsafat semenjak tahun 1943 hingga 1959 di kota suci
Qom di bawah bimbingan langsung tokoh-tokoh utama Hauzah pada saat itu, seperti
Ayatullah Al-Uzhma Burujurdi, Imam Khomeini, Syeikh Murtadha Al-Hairi Yazdi dan
Allamah Thaba'tabai.
Dan
pada tahun 1965, dari surat-menyurat yang beliau lakukan dengan ayah beliau,
akhirnya beliau tahu bahwa salah satu mata ayah beliau buta dikarenakan sakit
mata. Hal tersebut menyebabkan beliau prihatin sehingga beliau bimbang antara
memilih tetap tinggal di Qom untuk melanjutkan pelajaran di Hauzah dengan
berbagai keagungannya atau memilih kembali ke Masyhad untuk menjaga dan merawat
ayah beliau.
Akhirnya,
Ayatullah Khamenei memutuskan dengan niat demi mendapat keridhaan Ilahi, untuk
meninggalkan kota suci Qom dan beranjak menuju Masyhad demi merawat ayah
beliau. Dalam mengenang hal tersebut beliau berkata: "Lantas saya beranjak
menuju Masyhad. Di sana Allah banyak sekali mengaruniakan taufik-Nya kepada
saya sehinga saya tetap bisa menjalankan kewajiban dan pekerjaan saya ".
(Khaterat wa hikayatha jilid 1 hal 27-30)
Ayatullah
Khamenei telah memilih jalan terbaik dari dua arah yang beliau hadapi walaupun
sebagian para pengajar dan sejawat beliau menyesalkan kenapa beliau begitu
cepat meninggalkan hauzah di Qom. Mereka beranggapan, jika beliau tetap tinggal
dan menetap di Qom, niscaya beliau akan menjadi lebih baik di masa mendatang.
Akan tetapi, waktu tela mmbuktikan bahwa apa yang beliau pilih adalah benar dan
takdir Ilahi telah menetapkan sesuatu yang lain dan lebih baik dari apa yang
mereka sangka atas beliau. Mana ada orang yang menyangka bahwa seorang pemuda
berusia 25 tahun yang memiliki potensi besar meninggalkan kota suci Qom menuju
Masyhad untuk mendapat ridha Ilahi dan untuk berkhidmat pada ke dua orang
tuanya lantas 25 tahun kemudian menjadi pemimpin atas segala urusan kaum
muslimin (wali amril muslimin)?!
Selama
menetap di Masyhad, beliau tidak meninggalkan pelajarannya kecuali di hari-hari
libur, sewaktu berjuang melawan rezim Pahlevi dan sewaktu di penjara ataupun
sedang bebepergian. Hingga tahun 1968, secara resmi pelajaran-pelajaran beliau
di bidang fiqih dan ushul berada di bawah bimbingan guru-guru besar hauzah
Masyhad, khususnya Ayatullah Milani dan terus berlanjut semenjak tahun 1965.
Berdomisili di Masyhad selain untuk belajar dan berkhidmat kepada ayah dan ibu
yang telah lanjut usia dan sakit-sakitan, beliau juga sibuk mengajar Fiqih,
Ushul dan berbagai pengetahuan agama yang lain kepada para santri muda dan
mahasiswa. (Syahid no 12)
Aktif
dalam gerakan politik
Ayatullah
Khamenei mengaku bahwa dirinya adalah: "Salah satu murid Imam Khomeini r.a.
di bidang Fiqih, Ushul, politik dan revolusi", (Majalah "Surush"
no 115) Akan tetapi, bara politik, pergerakan dan permusuhan terhadap
"thaghut" beliau dapati pertama kali dari sayyid Mujtaba Nawab
Shafawi, seorang mujahid besar yang gugur di jalan Islam dan hal itu begitu
melekat di hati sanubari beliau. Ketika sayyid Nawab Shafawi pada tahun 1953
disertai beberapa teman seperjuangannya datang ke Masyhad dan di madrasah
"Sulaiman Khan" berceramah dengan penuh semangat perjuangan dan
membangkitkan gairah berjuang untuk menghidupkan kembali Islam dan menegakkan
hukum Ilahi dengan menjelaskan dan menyingkap tipu daya rezim Reza Pahlevi dan
Inggris dalam memperdaya bangsa Iran.
Saat
itu Ayatullah Khamenei adalah salah satu santri muda di madrasah "Sulaiman
Khan" tersebut dan sejak saat itu, ceramah sayyid Nawab Shafawi sangat
berpengaruh pada diri beliau. Beliau berkata: "Sejak saat itu, semangat
dan bara revolusi Islam telah berkobar pada diri saya berkat Nawab Shafawi dan
tidak saya ragukan lagi bahwa Nawab Shafawilah yang telah menyulut bara
tersebut dalam jiwa saya". (Khusyid-e taban-e inqilab hal 10-11)
Mendampingi
Perjuangan Imam Khomeini r.a.
Pada
tahun 1963, Ayatullah Khamenei datang kembali ke kota Qom untuk mendampingi
Imam Khomeini r.a. memulai gerakan revolusi dalam menentang rezim Muhamad Reza
Pahlevi, anak emas Amerika. Dalam memasuki ajang percaturan politik selama 16
tahun penuh dengan berbagai macam pahit dan getir perjuangan mencakup
penyiksaan, penahanan maupun pengasingan, namun beliau sama sekali tidak merasa
takut atas segala bahaya yang selalu mengancam.
Di
bulan Muharram pada tahun 1963 untuk pertama kalinya Imam Khomeini r.a.
memberikan mandat kepada beliau untuk menyampaikan pesan buat Ayatullah Milani
dan segenap ulama di propinsi Khurasan berkenaan dengan agenda dakwah para
ruhaniawan pada bulan Muharram untuk memporak-porandakan sistem politik rezim
Pahlevi sebagai antek-antek Amerika dan menjelaskan situasi terakhir Iran dan
segala kejadian yang terjadi di kota suci Qom.
Akhirnya,
beliau pun berhasil melaksanakan mandat tersebut dengan baik. Kemudian beliau
bertolak menuju kota Birjan untuk bertabligh. Di sana beliau menyampaikan
pesan-pesan Imam Khomeini kepada masyarakat setempat untuk menentang sistem
politik rezim Pahlevi dukungan Amerika.
Pada
hari ke-9 bulan Muharram (taun 1964), beliau ditahan dan setelah satu malam
mendekam di dalam sel, beliaudibebaskan dengan syarat tidak boleh naik mimbar
lagi dan terus diawasi.
Setelah
peristiwa berdarah 15 khurdad (di Qom), beliau ditangkap kembali dan dibawa
dari Birjan ke Masyhad lalu diserahkan ke tahanan militer setempat, dan di situ
beliau merasakan berbagai bentuk penyiksaan dan gangguan yang amat menyakitkan.
(Khaterat wa hekayatha jilid 1 hal 21-23)
Penangkapan
Kedua
Di
tahun 1966 bertepatan dengan Ramadhan 1383, Ayatullah Khamenei beserta beberapa
rekan beliau sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, beranjak menuju kota
Kerman selama 2 atau 3 hari. Di sana beliau melaksanakan berbagai kegiatan,
seperti ceramah di berbagai mimbar dan berjumpa dengan para ulama dan pelajar
setempat. Kemudian, beliau beserta rekan-rekan beranjak menuju kota Zahedan. Di
sana ceramah-ceramah beliau yang membangkitkan dan mengobarkan semangat
–khususnya yang terjadi pada tanggal 6 Bahman di hari peringatan pemilu dan
referendum bikinan Syah Iran- sangat mendapat perhatian khusus masyarakat. Dan
pada tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan hari lahirnya Imam Hasan Al-Murtadha
a.s., keberanian beliau untuk terang-terangan mengkritik dan mengecam sistem politik
rezim Syah sampai pada puncaknya yang menyebabkan pada malam harinya beliau
ditangkap oleh dinas intelejen rezim Syah (Savak), lantas dibawa ke Teheran
dengan memakai pesawat terbang. Di sana beliau disekap dalam sel konsentrasi di
penjara "Kazal Kaleh" selama 2 bulan. Berbagai hinaan dan siksaan
beliau rasakan di sel tersebut.
Penangkapan
ketiga dan keempat
Berbagai
kelas di bidang tafsir, hadis dan ilmu-ilmu keislaman yang lain beliau bentuk
di Tehran dan Masyhad dengan disambut dan dihadiri oleh banyak sekali kalangan
muda berjiwa revolusioner yang menjadikan kemarahan dinas intelejen Savak,
sehingga beliau terus menerus diintai dan dimata-matai (Harian
"Ittela'at" no 30387 tertanggal 17-10-1373 HS). Mengetahui hal
tersebut, maka pada tahun 1967, beliau tinggal secara diam-diam di kota Tehran.
Akan tetapi, setahun kemudian (1968 M), beliau tertangkap lalu dipenjara.
Dikarenakan
hal yang sama pula, yaitu melakukan berbagai aktifitas seperti melangsungkan
berbagai pertemuan, majlis-majlis ta'lim juga melakukan bermacam-macam kegiatan
dalam rangka pencerahan ilmu dan reformasi pemikiran, akhirnya beliau ditankap
dan dipenjara kembali. Hal tersebut terjadi pada tahun 1971.
Penangkapan
kelima
Bekenaan
dengan penangkapan kelima, marilah kita simak tulisan beliau sendiri berkenaan
hal itu:
Dari
sejak tahun 1970 telah ditengarai adanya gerakan bersenjata bawah tanah. Para
petugas keamanan rezim - dengan berbagai bukti - tidak ragu lagi akan
keterlibatan saya dalam gerakan tersebut. Akhirnya pada tahun 1972 saya
dijebloskan kembali ke penjara. Di dalam penjara kali ini betul-betul tampak
dengan jelas perlakuan para savak terhadap para tapol di penjara Askara,
khususnya setelah mereka melihat adanya hubungan yang jelas dan tidak dapat
dipisahkan antara gerakan bersenjata dengan pusat-pusat pencerahan pemikiran
dan da'wah Islam, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan pengajian saya di
Masyhad dan Teheran. Namun setelah saya dibebaskan pengajian tafsir dan
ideologi yang dolakukan dengan sembunyi-sembunyi bertambah besar dan banyak
pengikutnya. (Harian "Ettela'at" tertanggal 17-10-1373 HS).
Penangkapan
keenam
Diantara
tahun 1972-1975 pengajian Tafsir dan Ideologi di Masyhad dilakukan di tiga
tempat; Mesjid Karamat, Mesjid Imam Hasan dan Mesjid Mirza Ja'far dan dihadiri
oleh ribuan orang yang haus akan ceramah beliau, khususnya dari kalangan pemuda
dan pelajar yang tercerahkan dan revolosioner. Begitu juga pengajian Nahjul
Balaghagah beliau mendapatkan sambutan yang luar biasa, bahkan dibukukan dalam
sebuah diktat dengan judul "pancaran cahaya Nahjul Balaghah" Para
pemuda dan pelajar yang hadir memperbanyak diktat tersebut dan membawanya ke
berbagai desa dekat dan jauh untuk disampaikan kepada masyarakat, sehingga
mereka tercerahkan dengan pemikiran-pemikiran penting Nahjul Balaghah dan
akhirnya menjadikan mereka siap untuk melaksanakan sebuah revolusi islam yang
besar.
Oleh
karena itulah pada bulan Januari 1975 datanglah beberapa personal savak ke
rumah beliau di Masyhad. Dengan kejam mereka menggerebek rumah, menangkap
beliau dan menyita banyak tulisan dan diktat-diktat beliau.
Ini
merupakan penangkapan yang keenam, dan sekaligus merupakan masa-masa sulit,
penuh kekejaman dan penyiksaan yang beliau hadapi selama satu tahun di dalam
sel penjara, sehingga tak seorang pun kata beliau akan memahami dahsyatnya
penyikasaan, kecuali melihat dengan kepala mata sendiri.
Setelah
dibebaskan beliau kembali ke Msyhad dan melanjutkan pengajian dan kegiatan
keagamaan dan revolusioner seperti biasanya, namun pengajian terbuka dan besar
sudah tidak lagi dapat dilakukan.
Masa
Pengasingan
Rezim
Pahlevi pada akhir tahun 1977 menangkap kembali beliau dan mengasingkannya ke
kota Iransyahr selama tiga tahun, namun pada pertengahan tahun 1978 perlawanan
rakyat revolusioner Iran mencapai puncaknya, maka beliau akhirnya dibebaskan
dan kembali ke Masyhad bergabung di garis depan dengan para pejuang lainnya
melawan para personal savak. Dan akhirnya dicapailah hasil manisnya perjuangan
yang penuh dengan penyiksaan, rasa pahit dan melelahkan selama lima belas tahun
tersebut dengan kemenangan revolusi Islam dan jatuhnya pemerintahan rezim
Pahlevi yang diktator, serta berdirinya pemerintahan Islam.
Di
Ambang Kemenangan
Di
ambang kemenangan revolusi Islam, sebelum kembalinya Imam Khomeini dari Paris
ke Teheran, beliau ikut serta dalam pendirian Syura iy inqilab Islamiy (komite
revokusi Islam) atas perintah Imam Khomeini bersama Syahid Muthahhari, Syahid
Behesyti, Hasyemi Rafsanjani dan Musawi Ardabeliy. Pesan khusus Imam Khomeini
kepada beliau disampaikan oleh syahid Muthahhari, dan setelah beliau terima,
beliau langsung meninggalkan Masyhad menuju Teheran.
Pasca
Revolusi
Ayatullah
Khamenei setelah revolusi Islam seperti sebelumnya dengan penuh semangat dan
kegigihan yang tidak ada bandingannya, beliau terjun dalam kegiatan-kegiatan
penting keislaman dalam rangka mendekatkan pada tujuan-tujuan revolusi.
Dalam
tulisan yang singkat ini akan disebutkan beberapa kegiatan dan tugas penting
yang beliau emban, al:
•
Peletak azaz Partai Republik Islam (Hezbe Jumhury Islamiy) dengan bekerjasama
dengan orang-orang yang satu visi dengan beliau, seperti syahid Behesyti,
Syahid bahonar, Musawi Ardabeliy dan Hasyemi Rafsanjani pada tahun 1980 M.
•
Deputi pertahanan pada tahun 1980 M.
•
Pembina angkatan bersenjata pengawal revolusi (pasdar) tahun 1980 M.
•
Imam dan Khotib Jumat tahun 1980 M.
•
Wakil Imam Khomeini (ra) pada komite tinggi pertahana (syuraye ‘ali difa’) pada
tahun 1981 M.
•
Wakil Imam Khomeini untuk propinsi Sistan Balucistan dan berhasil menyelesaikan
berbagai konflik dan problema politik pada Maret 1980 M.
•
Wakil legislatif kota Teheran di majlis pada tahun 1980 M.
•
Ikut hadir dengan pakaian militer dalam pertemouran yang dipaksakan terhadap
Iran pada tahun 1981 M melawan agresor Iraq yang didukung oleh super power AS
dan US saat itu.
•
Usaha teror yang tidak berhasil oleh para munafiqin pada bulan Juli 1982 M di
Mesjid Abu Dzar, Teheran.
•
Presiden Republik Islam Iran setelah terbunuhny Syahid Muhammad Ali Raja iy,
presiden ke dua Iran, pada September 1981 M dengan keberhasilan meraih lebih
dari 16 juta suara dan dengan pengsahan Imam Khomeini. Kemudian pada tahun 1985
M beliau terpilih lagi untuk masa jabatan samapai tahun 1989 M.
•
Ketua komite revolusi kebudayaan (Syura ye Inqilabe Farhan qi) pada tahun 1981
M.
•
Ketua badan konsultan pemimpin spiritual tertinggi (Majma’ Tasykhisy Mashlahat)
pada tahun 1982 M.
•
Sejak tanggal 4 Juni 1989 M, pasca wafat Imam Khomeini, beliau dipilih oleh
majlis para pakar (Majlis Khubregon) sebagai pemimpin spiritual tertinggi dan
wali amril muslimin. Hasil Karya
•
Karangan dan tahqiq:
1.Pemikiran
Islam dalam Al Quran secara global. (Tharhe Kulliy Andisyi ye Islamiy Dar Qur
an)
2.Sholat
(Az Zhirfa ye Namaz)
3.Makalah
dalam bab kesabaran (Guftare Dar Shabr)
4.Empat
kitab standar dalam ilmu Rijal (Chor Kitab Ashliy Dar Ilmi Rijal)
5.Wilayah
(Wilayat)
6.Catatan
historis dan masakini hauzah ilmiyah Masyhad (Guzaresyi Az sabeqeye Tarikhiy Wa
Awdha’i Kununiy Hauzeye IlMiye Masyhad)
7.Pemimpin
yang benar (Pisywaye Shadeq)
8.Persatuan
dan partai (Wahdat Wa Tahazzub)
9.Seni
dalam pandangan Ayatullah Khamenei (Hunar Az Didgohe Ayatullah Khamenei)
10.
Pemahaman yang benar terhadap agama (Durust Fahmidani Dien)
•
Terjemahan:
1.Perdamaian
Imam Hasan oleh Radhiy Al Yasin (Shulhul Imam Hasan)
2.Masa
depan dalam pandangan Islam oleh Sayyid Quthub (Oyandeh dar Qalam Ruwe Islam)
3.Muslimin
dalam kebangkitan pembebasan India, oleh Abd. Mun’im Namiriy Nashriy (Musalman
Dar Nehdzate Azadiy Hindustan)
4.(Iddi’a
Nameh ‘Alayhi Tamaddune Gharb)
5.
dll.